Terkait dengan perombakkan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II yang dilakukan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 18 Oktober 2011 tidak mengganggu para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Sebenarnya hal yang menjadi gangguan bagi pelaku usaha untuk menjaga kestabilan dan meningkatkan kemapanan dunia usaha untuk berekspansi adalah regulasi atau dengan kata lain adalah aturan atau batasan yang sering berubah-ubah yang ditentukan oleh pemerintah, seperti penetapan bunga perbankan, konsistensi kepastian hukum infrastrukturnya jalan, sumber energi. Hampir 50% dari aneka komoditi bahan pangan kebutuhan dalam negeri, termasuk beras, kedelai, susu dan daging, masih harus diimpor. Ketika terjadi panik di pasar internasional akibat krisis ekonomi global, dimensi persoalan ekspor impor menjadi tidak semulus saat ekonomi global kondusif. Apalagi jika panik global nantinya dilengkapi dengan gejolak nilai tukar mata uang. Beruntung jika gejolak nilai tukar memperkuat posisi rupiah. Jika sebaliknya, cadangan devisa negara akan terkuras untuk membiayai impor aneka komoditi bahan pangan dan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Bagaimanapun resuffle yang dilakukan oleh pemerintah dapat meminimalisir dampak resesi global dan kepastian hukum dengan regulasi yang dilakukan harus sesuai dan tepat, sehingga tidak berdampak buruk bagi pelaku usaha dalam dunia bisnis. Dampak reshuffle kabinet terhadap perusahaan nasional dan asing tidak berpengaruh terlalu besar, namun hal ini berhubungan erat dengan krisis global yang terjadi, sehingga dengan resuffle ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk mencari solusi yang paling ampuh dari krisis saat ini dan ke depannya adalah menguasai pasar dalam negeri. Selain itu, terus mendorong infrastruktur di Indonesia agar geliat ekonomi bisa lebih tinggi.
Dampak yang dihadapi bangsa ini dalam dunia bisnis bukan hanya masalah resuffle kabinet, namun peristiwa gempa yang terjadi di Nusa Dua, Bali pada bulan yang ang sama, yaitu 13 Oktober 2011. Gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter pada pukul 11.16 WITA, dan terjadi lagi gempa susulan pukul 15.52 WITA dengan kekuatan 5,6 Skala Richter. Kejadian ini jelas membuat panik warga lokal maupun wisatawan. Banyak bangunan yang mengalami kerusakan mulai dari rumah sakit, hotel, pertokoan dan bangunan lainnya. Namun kepanikan ini hanya kepanikan sesaat, karena setelah itu situasi aman terkendali, kelangsungan bisnis usaha di Bali berlangsung normal kembali, bahkan para wisatawan lokal maupun mancanegara tidak membatalkan perjalanan mereka untuk liburan di Bali, dan wisatawan yang sudah berada di Bali pada saat kejadian tetap melanjutkan liburannya di Bali. Jelas sekali, bahwa peristiwa gempa yang terjadi itu tidak berpengaruh buruk pada usaha bisnis di Bali, karena semuanya berlangsung seperti biasanya.
Bagaimanapun resuffle yang dilakukan oleh pemerintah dapat meminimalisir dampak resesi global dan kepastian hukum dengan regulasi yang dilakukan harus sesuai dan tepat, sehingga tidak berdampak buruk bagi pelaku usaha dalam dunia bisnis. Dampak reshuffle kabinet terhadap perusahaan nasional dan asing tidak berpengaruh terlalu besar, namun hal ini berhubungan erat dengan krisis global yang terjadi, sehingga dengan resuffle ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk mencari solusi yang paling ampuh dari krisis saat ini dan ke depannya adalah menguasai pasar dalam negeri. Selain itu, terus mendorong infrastruktur di Indonesia agar geliat ekonomi bisa lebih tinggi.
Dampak yang dihadapi bangsa ini dalam dunia bisnis bukan hanya masalah resuffle kabinet, namun peristiwa gempa yang terjadi di Nusa Dua, Bali pada bulan yang ang sama, yaitu 13 Oktober 2011. Gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter pada pukul 11.16 WITA, dan terjadi lagi gempa susulan pukul 15.52 WITA dengan kekuatan 5,6 Skala Richter. Kejadian ini jelas membuat panik warga lokal maupun wisatawan. Banyak bangunan yang mengalami kerusakan mulai dari rumah sakit, hotel, pertokoan dan bangunan lainnya. Namun kepanikan ini hanya kepanikan sesaat, karena setelah itu situasi aman terkendali, kelangsungan bisnis usaha di Bali berlangsung normal kembali, bahkan para wisatawan lokal maupun mancanegara tidak membatalkan perjalanan mereka untuk liburan di Bali, dan wisatawan yang sudah berada di Bali pada saat kejadian tetap melanjutkan liburannya di Bali. Jelas sekali, bahwa peristiwa gempa yang terjadi itu tidak berpengaruh buruk pada usaha bisnis di Bali, karena semuanya berlangsung seperti biasanya.
Sumber :
www.bisnis.com
http://qnoyzone.blogdetik.com/index.php/2011/10/25/opini-reshuffle-dan-efek-domino-krisis-ekonomi-global/
http://nasional.vivanews.com/news/read/261630-gempa-nusa-dua--warga-diminta-tenang
http://gugling.com/2011/10/13/foto-foto-kerusakan-akibat-gempa-di-nusa-dua-bali/
0 komentar:
Posting Komentar